Jakarta - Berhentinya pasokan kayu terhadap dua pabrik pulp PT Riau Andalan Pulp dan Paper dan Asia Pulp and Paper (APP) sejak bulan Februari lalu, menjadi pemicu naiknya harga pulp dan kertas di pasar dunia.
Selama Agustus ini saja, kenaikan sudah mencapai US$ 20 per ton atau menjadi US$ 620 per ton untuk pulp dan US$ 850-900 per ton untuk kertas.
Demikian dikatakan Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) H Mansyur saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Senin (20/8/2007).
"Kabar terganggunya pasokan kayu dua perusahaan itu sudah menyebar ke penjuru dunia. Efek psikologisnya harga pulp dan paper di pasar dunia naik tajam," jelas Mansyur.
Seperti diketahui, dua perusahaan pulp dan paper yakni PT RAP dan APP terancam berhenti beroperasi akibat tidak adanya pasokan kayu, menyusul operasi pemberantasan illegal logging. Kedua produsen utama dunia itu terancam berhenti beroperasi dalam dua bulan kedepan, dan terpaksa mem-PHK karyawannya.
"Penebangan otomatis mulai berhenti sejak Februari, setelah polisi memasang police line disepanjang hutan. Diperkirakan stok kayu yang tersisa akan habis pada akhir September sehingga mulai 1 oktober kedua perusahaan ini berhenti total," tambah Mansyur.
Ia mendesak perbedaan soal operasi pemberantasan illegal logging ini dapat ditemukan titik temunya. Pihaknya berharap Polri tidak menghambat produksi pulp dan kertas di dua perusahaan raksasa tersebut mengingat 5 juta ton pulp dipasok dari keduanya.
"Masalah perbedaan persepsi antara Departemen kehutanan dan Polri sangat merugikan. Dephut sudah memberikan izin tapi Polri masih mencurigai tindakan ilegal pada dua perusahaan ini. Padahal kayu yang ditebang dari hutan tanaman industri," jelas Mansyur.
Mansyur khawatir berhentinya pasokan itu bisa menyebabkan harga buku seperti buku tulis menjadi mahal.
Dan jika memang tak ada pasokan, maka Indonesia terpaksa mengimpor pulp, mengingat lima pabrik lainnya yang berada di Aceh, Toba, Jambi, Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur kapasitas produksinya sangat kecil.
"Total produksi kelima perusahaan itu hanya 1,5 juta ton pulp dari total kebutuhan pulp yang sebesar 6,5 juta ton," kata Mansyur.
(detikfinance.com)