Wednesday, 22 August 2007

Harga pulp melonjak capai US$730 per ton

Harga bubur kertas (pulp) serat panjang (long fibre)-berbahan baku kayu pinus- di pasar internasional melonjak tajam menjadi US$730 per ton, sementara kalangan produsen di dalam negeri mendesak pemerintah segera mengatasi kelangkaan pasokan bahan baku yang kian mengganggu kinerja industri pulp dan kertas nasional.
Ketua Presidium Asosiasi Pulp & Kertas Indonesia (APKI) Muhammad Mansyur menjelaskan hingga kemarin (14 Agustus) harga pulp serat panjang di pasar inter-nasional tercatat mencapai US$730 per ton, padahal akhir bulan lalu (Juli) masih sekitar US$710 per ton.

"Kenaikan harga pulp serat panjang ini ikut mendongkrak harga pulp serat pendek yang diproduksi Indonesia. Harga pulp serat pendek kini menembus US$620 per ton atau naik US$20 dibandingkan harga pada akhir Juli," ujar Mansyur, kemarin.

Pada awal tahun harga pulp serat panjang tercatat masih sekitar US$600 per ton dan pada Mei melonjak menjadi US$700 per ton, sedangkan harga pulp serat pendek (short fibre)-dari kayu akasia-naik menjadi US$400 hingga US$500 per ton dari US$400 per ton pada Mei, sebelumnya naik lagi menjadi US$620 per ton, kemarin.

Menurut dia, pelaku pasar pulp internasional umumnya memanfaatkan isu keterbatasan pasokan bahan baku pulp di Indonesia sebagai salah satu alasan untuk menaikkan harga komoditi ini.

Kenaikan harga pulp, ujarnya, berimbas negatif pada industri kertas di dalam negeri. "Harga kertas di pasar domestik akan mengalami kenaikan signifikan karena produsen kertas membeli bahan baku pulp dengan harga yang sama tinggi di pasar internasional," ujarnya.

Itulah sebabnya, untuk mengatasi gejolak harga di pasar internasional dan domestik, Mansyur kembali mendesak pemerintah segera membantu mengatasi problem pasokan terutama dalam penyediaan bahan baku berupa kayu.

"Saya tidak mempermasalahkan sisi hukumnya [pemberantasan illegal logging/ pembalakan liar]. Yang penting, masalah pasokan bahan baku harus segera ditangani. Apalagi, masalah ini telah dijadikan momentum oleh pasar internasional untuk menaikkan harga yang berimbas kepada harga kertas di dalam negeri."

Dia menambahkan keterbatasan pasok bahan baku pulp tersebut diakibatkan oleh langkah pemerintah dalam pemberantasan pembalakan liar yang tidak terpadu, dan cenderung mengabaikan kelangsungan hidup industri pulp dan kertas.

Depperin belum lama ini telah melayangkan surat ke Departemen Kehutanan terkait dengan macetnya pasok bahan baku yang mengancam industri pulp dan kertas dalam negeri.
(bisnis.com)

No comments: