Giatnya operasi illegal logging telah membuat investor di industri pulp dan kertas yang berancang-ancang menanamkan dananya di Indonesia ketakutan dan siap berpaling.
Demikian dikatakan Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) H Mansyur saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Senin (20/8/2007).
"Animo investor asing sangat tinggi untuk berbisnis disektor ini. Karena investor melihat prospek cerah dengan semakin tingginya permintaan kertas dan tersedianya pasokan bahan baku, sementara masih sedikitnya produsen pulp dan kertas di Indonesia," jelas Mansyur.
Selain itu, ungkap mansyur, investor melihat pabrik serupa di Eropa dan Amerika Serikat banyak yang tutup karena masalah pasokan bahan baku, maka pilihan investor jatuh ke Indonesia yang dinilai strategis.
Mansyur mengkhawatirkan masalah ini akan berbahaya bagi iklim investasi apabila tidak segera ditanggulangi. Karena para calon investor itu sudah mulai mempertanyakan kepada asosiasi kenapa perusahaan yang sudah ada izinnya, tapi tetap dikenakan tindakan seperti pelaku pembalakan liar.
"Investor asing sudah ketakutan. Rata-rata investor ini dari Korea dan Cina, karena 40 persen pasokan pulp perusahaan kertas mereka dipasok dari Indonesia," ungkap Mansyur.
Mansyur menjelaskan, Indonesia masuk dalam peringkat ke sembilan sebagai produksi pulp dan kertas terbesar di dunia. Ia mengkhawatirkan masalah ini dapat menurunkan angka ekspor pulp dan kertas yang ditargetkan tahun ini akan menembus US$ 4,5 miliar, tahun lalu ekspor mencapai US$ 4,2 miliar.
detik.com
Demikian dikatakan Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) H Mansyur saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Senin (20/8/2007).
"Animo investor asing sangat tinggi untuk berbisnis disektor ini. Karena investor melihat prospek cerah dengan semakin tingginya permintaan kertas dan tersedianya pasokan bahan baku, sementara masih sedikitnya produsen pulp dan kertas di Indonesia," jelas Mansyur.
Selain itu, ungkap mansyur, investor melihat pabrik serupa di Eropa dan Amerika Serikat banyak yang tutup karena masalah pasokan bahan baku, maka pilihan investor jatuh ke Indonesia yang dinilai strategis.
Mansyur mengkhawatirkan masalah ini akan berbahaya bagi iklim investasi apabila tidak segera ditanggulangi. Karena para calon investor itu sudah mulai mempertanyakan kepada asosiasi kenapa perusahaan yang sudah ada izinnya, tapi tetap dikenakan tindakan seperti pelaku pembalakan liar.
"Investor asing sudah ketakutan. Rata-rata investor ini dari Korea dan Cina, karena 40 persen pasokan pulp perusahaan kertas mereka dipasok dari Indonesia," ungkap Mansyur.
Mansyur menjelaskan, Indonesia masuk dalam peringkat ke sembilan sebagai produksi pulp dan kertas terbesar di dunia. Ia mengkhawatirkan masalah ini dapat menurunkan angka ekspor pulp dan kertas yang ditargetkan tahun ini akan menembus US$ 4,5 miliar, tahun lalu ekspor mencapai US$ 4,2 miliar.
detik.com

No comments:
Post a Comment